Oleh : Resha T. Novia
"Apa yang akan kamu lakukan jika aku tiba-tiba menghilang?" Tanya Sasa
pada Ray di suatu malam. Saat mereka berjalan menuju rumah Sasa.
"Kamu kan bukan hantu atau jin yang bisa hilang.." Jawab Ray bercanda.
Sasa menghela nafasnya begitu dalam.
"Maaf ya, Ray.." Ucap Sasa tiba-tiba.
"Maaf buat apa? Ini kan belum lebaran?" Balas Ray.
Sasa hanya tersenyum. Namun senyumnya kali ini menyimpan banyak tanya.
"Oia, minggu depan aku manggung, kamu bisa nonton kan?" Tanya Ray.
"Entahlah !" Jawab Sasa, singkat.
"Kok gitu sih?" Tanya Ray, kecewa.
Sasa tak menjawab, ia mulai membuka gerbang rumahnya perlahan.
"Aku capek, mau langsung istirahat." Ucap Sasa.
Ray mengerti, karena hampir seharian mereka mengelilingi kota Bogor.

"Met istirahat." Ucap Ray, kemudian mengecup kening Sasa dengan sangat lembut. Sasa tak menolak.
Sasa pun masuk ke dalam rumahnya, sementara Ray pergi untuk pulang ke rumahnya.
Dari jendela kamar, mata Sasa mengikuti langkah kaki Ray. Ia seakan
tak ingin Ray hilang dari pandangannya. Namun, Ray melangkah semakin
jauh, jauh, dan jauh. Hingga menghilang.
"Selamat tinggal, Ray!" Ucap Sasa, lirih.
***
Ray tampak khawatir. Sudah satu hari ini Sasa tak memberikan kabar
padanya. Bahkan
handphonenya pun tak bisa dihubungi, nonaktif.
Selesai kuliah, Ray segera pergi ke rumahnya Sasa. Tapi rumah itu
terlihat sepi. Bisa dipastikan tak ada orang di dalam. Ya, Ray yakin
tak ada siapa-siapa di dalam rumah itu, setelah sekian kali Ray menekan
bel.
"Maaf mbak, mau tanya. Orang-orang di rumah ini pada pergi ke mana
ya?" Tanya Ray pada seorang perempuan yang sedang lewat, seraya
menunjuk rumah Sasa.
"Wah, saya kurang tahu mas. Tapi setahu saya, rumah ini memang selalu sepi." Jawab perempuan itu.
"Makasih, Mbak." Ucap Ray. Perempuan itu pun pergi.
Ray tak menyerah, ia mencoba pergi ke rumah yang ada di samping rumah Sasa.
"Oh, rumah itu udah kosong dari sejak 3 bulan yang lalu. Setahu
saya, dulu mereka sekeluarga pergi liburan ke luar kota. Tapi, sampai
saat ini mereka gak kembali. Kabar terakhir sih, mobil mereka masuk
jurang. Dan gak ada yang selamat." Pak Rudi menjelaskan.
"Degghhh..." Ray terdiam. Tak percaya akan cerita dari Pak Rudi, tetangga Sasa.
"Lalu, siapa Sasa yang kukenal selama ini?" Tanya Ray dalam hati.
Ray benar-benar terpukul.
***
Di antara masalah yang melanda, Ray harus tetap profesional sebagai
seorang musisi. Di malam Minggu, Ray dan bandnya tampil dalam sebuah
acara yang cukup bergengsi. Meski bandnya termasuk baru, tapi sudah
cukup banyak penggemar yang menantikan penampilan bandnya. Itu pula
yang menjadi salah satu pemacu semangat Ray.
Di atas panggung, Ray menyanyikan single terbaru dari bandnya yang
berjudul "Kurasa Kau Bukan Mimpi". Ray menyanyikan lagu itu dengan
sangat menjiwai. Tentu saja, karena syair yang ada dalam lagu itu
menceritakan dirinya dan Sasa.
Tiba-tiba, saat bernyanyi, Ray seakan melihat Sasa di antara kerumunan penonton. Namun pandangannya menghilang.
"Makasih, Sa.. Kamu udah dateng..
Love you.." Ucapnya dalam hati yang ditujukan untuk Sasa, yang telah mengambil hatinya.
***
"Aku baru sadar, semua yang kamu ucapin malam itu gak bercanda." Ucap Ray di ujung siang, seraya memandang rumah kosong itu.
***selesai***