Rissa
menghempaskan badannya di atas kasur, semua penat dan beban yang ia lalui di
hari itu serasa hilang seketika. Rissa pun mulai tertidur…
Rissa terlambat
bangun pagi, ia jadi panik. Padahal ia ada jam kuliah, Ia pun langsung
bersiap-siap untuk kuliah. Di jalan saat menuju kampus, Rissa bertemu dengan
Yandy, teman sekelasnya yang dulu di awal kuliah sempat ia sukai. Saat itu,
Yandy mengajak Rissa untuk naik ke motornya. Merekapun akhirnya berangkat
bersama.
Tetapi suasana
berubah tiba-tiba setelah mereka bersama, tidak ada lagi rasa panik yang
menyelimuti mereka. Mereka malah menikmati keterlambatan itu. Dan yang anehnya lagi, tiba-tiba Yandy
memutar balikan arah tujuan. Mereka bolos kuliah, dan malah asyik jalan berdua.
Padahal, sebelumnya mereka tak pernah bolos kuliah.
Hari itu menjadi
hari yang menyenangkan bagi Rissa dan Yandy, karena setelah hari itu mereka
semakin dekat. Bahkan tak sedikit orang yang mulai beranggapan kalau mereka itu
jadian. Ya, mungkin karena anak-anak di kampus sering melihat mereka berduaan.
“Oh, jadi besok
kamu nggak bakalan kuliah ya?” Tanya Rissa saat sedang makan siang di kantin
dengan Yandy.
“Iya, aku harus
ke Semarang. Mungkin empat hari sampai satu minggu.” Jawab Yandy.
“Wah, lama juga
ya…” Ucap Rissa.
“Kamu mau ikut?”
Tanya Yandy. “Aku seneng banget loh kalo kamu mau ikut sama aku.” Lanjutnya.
“Ih, masa aku
ikut. Itu kan acara keluarga kamu.” Kata Rissa.
“Ya nggak apa-apa
kali…” Kata Yandy.
Esok harinya,
Yandy mulai tidak masuk kuliah. Jadi Rissa kembali seperti semula. Berangkat
dan pulang sendiri, tanpa ada yang menemani lagi. Tapi hari itu beda, Rissa
harus pulang telat. Karena acara di kampus yang super-duper padat.
Awan mulai
menghitam, Rissa baru bisa pulang saat itu. Ia berjalan meninggalkan kampus.
Beberapa lama setelah ia berjalan sendiri, ia mulai menyadari bahwa orang yang
berjalan di depannya adalah Priya. Tapi Rissa tetap berjalan tanpa mengusik
Priya. Hanya saja, Rissa merasa aneh karena melihat Priya tanpa motornya.
Ternyata Priya pun mulai menyadari bahwa dari tadi Rissa lah yang
berjalan di belakangnya. Langkah Priya terhenti, dan ia membalikan badannya. Ia
menunggu langkah Rissa yang beberapa meter ada di belakangnya.
“Ehm…”
Rissa mulai sadar bahwa Priya menunggunya.
“Ayo!” Ajak Priya untuk pulang bersama. “Nggak baik malam-malam
cewek jalan sendirian.” Kata Priya.
Rissa tersenyum, akhirnya ia pulang tidak sendiri lagi.
“Kenapa nggak bawa motor?” Tanya Rissa.
“Bannya bocor, mangkanya ditinggal di kampus. Jadi nyuruh orang
aja buat bawa motor itu ke kampus.” Jawab Priya.
Saat itu, Rissa terlihat sedikit kedinginan, cuaca pun terlihat mulai
mendung. Priya menyadari hal itu, mangkanya langsung saja ia melepaskan
jaketnya dan memakaikannya ke Rissa.
“Terus kamu?” Tanya Rissa saat Priya memberikan jaketnya.
“Aku nggak apa-apa.” Jawab Priya.
Perasaan Rissa begitu senang, karena baru kali ini ia bisa
benar-benar ngobrol dengan Priya dan terkadang curi-curi pandang dengan begitu
dekat. Karena selama ini Priya terkenal sebagai cowok yang paling cool, ngomongpun seperlunya.
Hujan mulai turun, mereka tak membawa payung. Akhirnya mereka
berteduh di sebuah warung kecil.
Hari itu Rissa merasakan sesuatu yang berbeda, karena ternyata
Priya tak seperti yang Rissa banyangkan selama ini. Bahkan saat itu mereka bisa
ngobrol tentang banyak hal. Ya, dan semua itu membuat Rissa sangat senang,
karena waktu SMA dulu, Rissa pernah suka sama Priya.
“Aku seneng, akhirnya aku punya kesempatan kayak gini.” Ucap
Priya.
“Maksudnya?” Tanya Rissa tidak mengerti.
“Aku seneng karena akhirnya aku bisa ngobrol banyak sama kamu. Ini
hal yang aku tunggu-tunggu sejak SMA dulu.” Jawab Priya.
“Sejak SMA?” Tanya Rissa lagi, ia benar-benar tidak mengerti
sekaligus bingung.
“Aku suka sama kamu, bahkan dari dulu. Tapi selama ini aku nggak
punya kesempatan buat deket sama kamu.” Jawab Priya.

Priya nembak Rissa, dan saat Priya meminta jawaban dari Rissa,
Rissa sempat terdiam sesaat. Tapi akhirnya Rissa menerima Priya. Merekapun
resmi jadian di hari itu. Hari yang begitu aneh, tapi bagi Rissa sangat indah
dan berkesan.
***
Di kampus, belum
ada satupun yang mengetahui tentang status baru antara Rissa dan Priya. Tetapi
Rissa berharap tidak aka nada satu orangpun yang mengetahuinya, terutama
anak-anak perempuan. Yang notabene adalah para fansnya Priya. Ya, Priya menjadi bintang kampus setelah memenangkan
beberapa kali kejuaraan karate.
Meskipun hubungan
mereka terlihat sembunyi-sembunyi, ternyata ada segelintir orang yang mulai
menggossipkan mereka. Terutama karena merasa iri pada Rissa. Tentu saja bisa
iri, karena dalam waktu yang singkat, Rissa bisa begitu dekat dengan dua orang
yang paling aktif di kampus. Priya dan Yandy.
Hari-hari Rissa
terasa sangat menyenangkan, karena kini ada Priya yang selalu ada di sisinya.
Tetapi suasana itu berubah seketika saat Yandy kebali dari Semarang.
“Rissa, ini
oleh-oleh buat kamu.” Kata Yandy seraya memberikan sebuah bingkisan pada Rissa.
Rissa sedikit
terkejut karena tiba-tiba Yandy datang ke rumahnya, sesaat setelah Priya
pulang.
“Ini!!” Kata
Yandy lagi. Rissa pun menerimanya.
“Thank you…” Ucap Rissa.
Yandy, memandang Rissa,
tentu saja Rissa jadi salah tingkah.
“Aku kangen
banget sama kamu.” Ucap Yandy.
Jantung Rissa
terasa berdetak lebih kencang.
“Bukannya kamu
baru nyampe, lebih baik kamu cepet pulang dan istirahat. Kalo nggak, nanti kamu
kecapean.” Kata Rissa, mengalihkan pembicaraan. Sebenarnya agar Yandy cepat
pulang, ia tak mau suasana hatinya menjadi goyah.
Tak lama
kemudian, Yandy pun pulang. Rissa merasa lega saat Yandy pulang. Tapi entah
kenapa saat itu ia menjadi bingung. Entah apa yang sedang ia pikirkan.
***
Esok harinya, Yandy
menjemput Rissa untuk berangkat kuliah. Saat itu Rissa benar-benar bingung
karena ia takut Priya pun menjemputnya. Tiba-tiba handphone Rissa berbunyi.
“Bentar ya!!”
Kata Rissa, dan sedikit menjauh sesaat sebelum mengangkat teleponnya.
“Halo!!” Sapa
Rissa saat mengangkat telepon.
“Beibh, maaf banget ya aku nggak bisa
jemput, soalnya aku dipanggil pelatih karate aku. Nggak apa-apa kan?” Tanya
Priya, di balik telepon.
“Iya, nggak
apa-apa. Aku ngerti kok!!” Jawab Rissa, perasaannya mulai lega.
Setelah telepon
ditutup, Rissa menghampiri Yandy yang dari tadi menunggunya. Rissa pun
berangkat dengan Yandy.
Saat mata kuliah
pertama, Priya tidak masuk. Mungkin karena ada latihan mendadak menjelang
pertandingan yang tinggal dua hari lagi.
Saat tak ada
jadwal kuliah, Rissa dan Yandy diam di tempat tongkrongan anak-anak di kampus.
Saat itu begitu banyak yang diam di situ, karena tempatnya sangat nyaman untuk
santai, kumpul-kumpul biasa atau hanya sekedar diam.
“Rissa, ada yang
mau aku omongin sama kamu.” Kata Yandy.
“Apa?” Tanya
Rissa, tapi pandangannya tidak lepas dari laptopnya.
Yandy berdiri.
Rissa bingung dengan apa yang akan diperbuat Yandy.
“Temen-temen
semuanya, maaf ganggu!!” Ucap Yandy, setengah berteriak. “Di sini, aku mau
nyatain perasaan aku sama seorang cewek, dan aku mau kalian jadi saksinya.”
Lanjut Yandy. Rissa jadi bingung.
“Cieeeehhhhhh……”
Ucap semua orang yang ada di tempat itu.
“Rissa, aku
sayang sama kamu.” Ucap Yandy, menyatakan perasaannya. “Mau nggak kamu jadi
pacar aku?” Tanya Yandy.
Semua orang yang
ada di sana takjub melihat Yandy yang begitu berani menyatakan perasaannya di
hadapan umum.
Rissa benar-benar
terkejut, ia tidak tahu harus menjawab apa. Tiba-tiba saat itu Priya datang dan
melihat apa yang dilakukan Yandy untuk Rissa. Dan Priya terlihat begitu kecewa
pada Rissa.
Rissa benar-benar
terperangkap dalam masalah besar. Yang bisa ia lakukan saat itu hanyalah diam
seribu bahasa.
Tiba-tiba
terdengar suara alarm berbunyi, dan
akhirnya Rissa terbangun dari tidurnya. Saat ia sudah bangun, ia tersenyum dan
merasa sangat lega. Tentu saja, karena semua yang ia alami itu ternyata hanyalah
mimpi yang menghiasi tidurnya… ^_^
-selesai-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar