Oleh : Resha T. Novia
Sudah
beberapa hari belakangan ini Dinar (cewek kelas 3 SMP) selalu bersemangat tiap
pagi, terutama saat berangkat sekolah. Itu karena Dinar selalu berharap agar
bisa ketemu sama anak SMA yang cool,
cakep, tinggi, ah pokoknya good looking
lah. Karena hampir setiap hari Dinar selalu seangkot sama cowok itu. Tapi
sampai saat ini Dinar belum tahu siapa nama cowok itu, sekolah di mana dan yang
penting udah punya cewek or belum.
Hehe… ngarep…

Semenjak
hari itu, Dinar makin sering seankot sama cowok yang namanya Titan. Karena kini
Dinar udah tahu waktu yang tepat kalo mau seangkot sama Titan. Bagusnya lagi
Dinar jadi nggak pernah kesiangan datang ke sekolah. Padahal sebelumnya dia
sempat dijuluki si ratu kesiangan.
Suatu
pagi, Dinar seangkot lagi sama Titan. Tapi saat itu ada yang terasa berbeda,
Titan menebarkan senyum pada Dinar. Bukannya ngebalas senyum Titan, Dinar malah
bengong gara-gara mati kutu saking senangnya. Padahal itu bisa dijadikan
kesempatan buat Dinar buat sekedar nyapa or
say hai sama Titan.
“Kiri,
Pak!!” Ucap Titan.
Dinar
sadar, dan ia merasa aneh karena Titan mau turun. Padahal biasanya yang turun
duluan itu Dinar.
Saat
Titan turun dari angkot, ternyata sebuah gantungan yang biasa tergantung di tas
Titan terjatuh. Dinar segera mengambilnya, tapi saat Dinar hendak memanggil
Titan, Titan sudah pergi dan angkotnyapun sudah mulai melaju. Akhirnya Dinar
menyimpan gantungan itu dengan baik, dan akan mengembalikannya saat mereka
seangkot lagi.
Keesokan
harinya, seperti biasa Dinar selalu bersemangat tiap pagi. Tapi sayang, pagi
itu Dinar tak melihat Titan di tempat biasa Titan naik. Jadi Dinar nggak
seangkot sama Titan. Padahal Dinar sangat berharap bisa seangkot dan bisa
ngasihin gantungan punya Titan yang terjatuh.
Selain
pagi itu, esoknya, esoknya dan esoknya lagi Dinar tak pernah seangkot lagi sama
Titan. Melihat wajahnyapun tak pernah. Bahkan sampai Dinar lulus SMP. Padahal
Dinar selalu berangkat di jam yang sama dan dengan angkot yang jurusannya sama.
“Hei,
lagi ngelamunin apa nih?” Tanya Fira, teman Dinar.
“Bukannya
ngelamun, tapi lagi nyari tahu sekolahnya yang punya gantungan ini, soalnya
kalo bisa gue mau masuk SMA yang sama ama pemilik gantungan ini.” Jawab Dinar,
seraya ngeliatin gantungan punya Titan.
“Gue
kayak pernah liat gantungan itu deh, tapi di mana ya? Ah, cuma perasaan aja
kali ya?” Kata Fira. “Jadi elo mau masuk SMA mana?” Tanya Fira.
“Gak
tau, tapi kayaknya sih mau masuk SMA 2. Itu juga kalo nggak nemuin sekolah si
pemilik gantungan ini.” Jawab Dinar.
“Oh,
SMA yang depan SMA 3 ya?” Tanya Fira lagi.
Dinar
mengangguk.
_sha_
Kini
Dinar sudah bukan anak SMP lagi, ia sudah memakai seragam putih abu-abu. Tapi
angkot menuju sekolah yang dulu dengan sekolah yang sekarang tetap sama.
Sayangnya, tetap saja ia tak pernah bertemu dengan Titan lagi.
Saat
Dinar hendak pulang dari sekolah, tiba-tiba sebuah motor melintas di
hadapannya. Dan yang mengendarainya seperti taka sing lagi di mata Dinar.
“Titan!”
Ucap Dinar, tapi motor melaju semakin menjauh. “Gue yakin itu Titan, tapi
kenapa nggak pake baju seragam SMA ya?” Tanya Dinar dalam hati.
Meski
hanya beberapa detik melihat Titan, itupin tak pasti, Dinar tetap senang.
“Aku
pasti kangen sama kamu, kangen curi-curi pandang, kangen liat kamu dan kangen
sama senyum kamu……” Ucap Dinar seraya senyum dan memandangi gantungan milik
Titan.
Tamat……
^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar