Oleh : Resha T. Novia
Rasa yang terpendam memang nggak ngenakin hati, apalagi saat melihat orang yang kita suka bareng sama pacarnya or temen deketnya or gebetannya. Cuma bikin cemburu, gondok and dongkol, tapi tetep aja nggak bisa berbuat apa-apa. Nah rasa inilah yang selalu terjadi pada cewek kuliahan semester 3, yang bernama Giza.
Udah
lama banget Giza suka sama temen sekelasnya yang bernama Juniar, tepatnya
semenjak masuk kuliahan. Padahal Juniar itu nggak terlalu cakep, stylenya juga biasa aja, beda sama
cowok-cowok zaman sekarang yang gaul abizzzz… Malah, justru itu yang Giza suka
dari cowok yang hobi banget pake celana gunung itu.
Di
mata Giza, Juniar itu tipe cowok idamannya banget dweh! Soalnya, selain cuek,
Juniar itu jarang ngomong dan selalu bikin Giza penasaran. Tapi meskipun gitu, dia
orang yang baik banget. Contohnya aja kalo ada temen yang minta tolong, dia
pasti nolong. Giza juga pernah Juniar tolong, bahkan Giza sering banget ditolong
sama Juniar.
***
“Za, kita
pulang duluan ya!” Kata teman-temannya.
“Iya,
sok aja!” Balasnya seraya menebarkan senyum.
Giza
mambereskan ruangan yang baru dipakai rapat oleh anggota BEM, karena Giza tipe
orang yang nggak suka lihat sesuatu berantakan.
“Belum
pulang, Za?” Tanya Juniar yang ternyata belum pulang juga.
“Eh…”
Giza terkejut. “Iya, belum.” Jawabnya kemudian, seraya membereskan meja yang
terdapat beberapa gelas.
“Oh
!!” Ucap Juniar, dingin. Dan langsung keluar dari ruangan itu setelah mengambil
tasnya dan jaketnya.
Giza
terus membereskan ruangan itu, hingga tak ada sampah dan tak ada barang yang
tersimpan di sembarang tempat. Ia selalu merasa senang setiap selesai
membersihkan dan membereskan ruangan, meski ia tahu ruangan itu pasti akan
kembali berantakan setelah teman-teman anggota BEM-nya kembali kumpul di ruang
itu.
Giza
bersiap-siap untuk pulang, ia mengunci ruangan itu, dan kemudian menitipkannya
ke Bang Supri, penjaga kampus.
Giza
tak sadar saat ia melihat jam tangannya, ternyata sudah menunjukan pukul tujuh
malam. Ia bingung karena ia tak tahu harus dengan cara apa ia pulang, karena
jika lewat dari magrib angkutan di sekitar kampus sudah tak ada. Maklum, ia
kuliah bukan di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Semarang or kota-kota besar yang lainnya. Ia
kuliah di kota kecil yang tidak terlalu terkenal, kota kelahiran neneknya.
“Wah,
parah!! Harus jalan kaki nih kayaknya. Huufffdddttt….” Ucap Giza. Ia pun mulai
berjalan sebelum hari semakin gelap. Padahal jarak dari kampus ke rumahnya
cukup jauh, 7 km.
“Ckkiiiitttt….”
Suara motor mengerem di samping Giza, sontak membuat Giza terkejut dan sedikit
takut.
“Nih
!!” Seseorang memberikan sebuah helm
pada Giza.
Giza
masih diam, ia penasaran sosok yang ada di balik helm dan yang member ia helm.
Karena suasana cukup gelap, hanya ada sebuah lampu di jalan. Itupun tak begitu
menerangi jalan.
“Ayo pake
!!” Ucap orang itu yang kemudian membuka helmnya.
“Mau pulang kan?” Tanyanya lagi yang setelah membuka helmnya, ternyata itu Juniar.
Giza
tersenyum, ia langsung memakai helmnya dan naik ke atas motor Juniar. Ia merasa
sangat senang saat itu, karena Juniar bak penolong baginya saat ia membutuhkan
pertolongan.
“Kamu
kenapa belum pulang? Bukannya tadi kamu udah pulang?” Tanya Giza saat di motor,
suaranya sedikit tersapu angin. Tapi masih terdengar oleh Juniar.
“Siapa
bilang udah pulang?” Tanya balik Juniar. Giza terdiam. “Dari tadi juga cuma
diem di parkiran kok !!” Lanjut Juniar, menjawab pertanyaan Giza.
“Ngapain?”
Tanya Giza lagi, penasaran.
“Nunggu
cewek yang beres-beres.” Jawab Juniar, dingin. “Nggak mungkin juga kan cewek
itu pulang jalan kaki, gara-gara nggak ada angkutan dan kendaraan buat dia
pulang. Dan sementara nggak etis aja kalo aku pulang gitu aja, ninggalin
seorang cewek di tempat sepi sendirian.” Lanjutnya.
Giza
tersenyum saat ia menyadri bahwa yang dimaksud Juniar adalah dirinya. Dan tak
terasa rumah Giza pun sudah terlihat di depan mata.
“Thanks
ya…” Ucap Giza, seraya membuka helmnya.
Juniar
mengangguk. “Lain kali harus tahu waktu, cewek itu nggak baik pulang
malem-malem.” Ucap Juniar kemudian.
Giza
mengangguk, ia malu tapi sekaligus senang.
Juniar
berpamitan dan Giza pun masuk ke dalam rumahnya.
***
Tiba
di kampus, hati Giza tiba-tiba berubah menjadi terasa sakit. Tentu saja, karena
ia melihat Juniar sedang berduaan di taman dengan Alena, cewek yang lagi deket
sama Juniar.
Meski
ia merasa cemburu, gondok dan dongkol, ia selalu berusaha agar rasanya itu nggak
pernah terbaca sama orang lain. Hufffdddttt… emang susah ngelakuin hal kayak
gitu. Tapi apa boleh buat, Giza tak mau orang lain mengetahuinya, ini rahasia
hatinya.
“Za,
rencana dari rapat kemarin mau ikut kan?” Tanya Mega, teman seorganisasi.
“Mendaki
gunung ya?” Tanya Giza. “Nggak tahu deh, masalahnya lagi nggak enak badan
gitu.” Lanjut Giza.
“Yahhh…
masa kamu nggak ikut?” Tanya Mega lagi, sedikit kecewa pada Giza. “Padahal kan
samua anggota BEM pada ikut. Huffftttddd…” Lanjut Mega.
Sebenarnya
Giza hanya membuat-buat alasan agar dia nggak ikut mendaki gunung besok lusa.
Awalnya sih dia mau ikut, tapi pikirannya berubah setelah melihat Juniar yang
berduaan dengan Alena. Pikiran Giza emang aneh, bisa berubah dengan begitu
cepat.
***
Hari
untuk mendaki gunung tiba, Giza hanya membantu teman-temannya untuk menyiapkan
berbagai keperluan yang dibutuhkan sebelum mereka berangkat.
“Kenapa
nggak ikut?” Tanya Juniar tiba-tiba.
“Mmmm…
lagi nggak enak badan aja, jadi lako ikut takut malah ngerepotin temen-temen.”
Jawab Giza, sedikit gugup.
“Oh…
Cepet sembuh aja ya !!” Kata Juniar, jelas membuat hati Giza jadi deg-degan.
Giza
mengangguk. “Kamu juga hati-hati ya, aku titip temen-temen yang lain sama kamu.”
Ucap Giza.
Juniar
mengangguk.
Setelah
semuanya selesai disiapkan, merekapun siap berangkat, kecuali Giza.
“Hati-hati
ya temen-temen !!” Ucap Giza saat teman-temanya berangkat.
***
Tiga
hari sudah Giza tak mendapat kabar dari teman-temannya, semenjak mereka
berangkat untuk mendaki. Tetapi Giza selalu bedoa agar semuanya selalu
baik-baik saja.
Tiba-tiba
handphone Giza berbunyi, saat ia
sedang memikirkan teman-temannya.
“Za,
kita udah turun, tapi Juniar masuk Rumah Sakit.” Ucap Mega, di balik telepon.
Sontak membuat Giza terkejut dan panik.
“Emangnya
Juniar kenapa?” Tanya Giza, begitu panik.

Tanpa
berdiam lama, Giza langsung berangkat ke Rumah Sakit untuk melihat keadaan
Juniar.
Kaki
Giza terasa sangat lemas saat melihat Juniar terbaring lemah di Rumah Sakit,
tapi di hadapan teman-temannya ia selalu menunjukan bahwa ia tak apa-apa.
Setelah
kejadian itu, Giza selalu menyempatkan waktunya untuk menjenguk Juniar di Rumah
Sakit. Ia sangat senang melihat kondisi Juniar yang dari hari ke hari semakin
membaik. Dan kali ini pun ia berniat untuk menjenguk Juniar, kebetulan Juniar
akan pulang dari Rumah Sakit.
Saat
tiba di Rumah Sakit dan Giza hendak masuk ke dalam kamar Juniar, terdengar
suara seorang cewek yang sudah tak asing lagi di telinganya. Alena. Ya, cewek
yang lagi dekat dengan Juniar.
Giza
mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam kamar Juniar, ia meletakan
buah-buahan yang dibawanya untuk Juniar di depan pintu kamar. Dan Giza pulang
begitu saja.
***
Juniar
telah benar-benar sembuh, dan ia sudah kembali beraktifitas seperti biasanya.
Yang berbeda, kini di sisi Juniar selalu ada Alena. Dari gossip yang tengah
beredar, Juniar dan Alena jadian setelah Juniar pulang dari Rumah Sakit.
Dengan
begitu, Juniar tak pernah menyadari dengan apa yang telah Giza lakukan,
perhatian Giza padanya selama ini hanya ia anggap sebagai perhatian seorang
sahabat pada dirinya. Padahal semua itu salah. Perhatian Giza selama ini adalah
perhatian seorang cewek pada cowok yang ia suka.
Giza
kini benar-benar tak bisa berharap lagi. Rasanya kini hanya bisa tersimpan
dalam hati, sebagai kenangan yang mungkin tak dapat terlupakan. Nasib yang
malang… Tetapi Giza tetap sabar dan positive thinking, ia yakin bahwa suatu
saat nanti ia akan mendapatkan yang terbaik. Semoga…!!!
Tamat
wehhh…. *_*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar