Sabtu, 26 November 2011

Tak Secantik Nama

Oleh : Resha T. Novia

            Cantik, seorang cewek yang tampangnya jauh banget sama namanya. Mangkanya banyak yang suka mengolok-olok dia. Sampai pada puncaknya, Cantik udah nggak tahan, kesabaran dia udah habis. Cantik benar-banar kesal, sampai-sampai ia malah menyalahkan kedua orang tuanya, yang telah memberi nama Cantik.

            Selain itu, Cantik juga ngerasa kalau nggak pernah ada yang mau temenan sama dia. Bahkan nggak ada satu cowokpun yang mau deket sama dia. Semua orang sama, hanya menilai seseorng dari fisiknya saja.
            “Aku pengen punya pacar, tapi semua cowok nggak ada yang mau, semuanya ngehindar. Padahal dari dulu, aku pengen banget punya pacar, di saat usiaku 17 tahun. Semua itu hanya mimpi, sampai usiaku 18 tahun pun aku belum juga punya pacar.” Ucap Cantik di dalam hatinya. Ia tersenyum, namun senyumnya begitu penuh dengan luka.
            Cantik kembali diam, ia selalu berhayal bahwa suatu saat nanti ia bisa menjadi cantik. Meski hayalannya itu tak mungkin berubah menjadi nyata.
            “Apa yang harus aku lakuin, biar aku bisa jadi cantik?” Tanyanya dalam hati.
            Tiba-tiba terlintas sebuah ide agar ia bisa menjadi cantik. Ia langsung bergegas dan meninggalkan rumah. Ia pergi ke sebuah salon. Ia berharap agar ia bisa lebih baik.
            Sesampainya di depan salon, langkah Cantik terhenti. Saat ia melihat teman-temannya.
            “Wah, ada yang pengen jadi cantik tuh, tapi kayaknya salah alamat deh. Harusnya dia pergi ke dokter, buat di operasi plastik.” Sindir teman-temannya. Mereka tertawa bahagia di atas penderitaan orang lain.
            Mata Cantik mulai berkaca-kaca, tapi teman-temannya tak berhenti menjadikan Cantik sebagai bahan tertawaan mereka. Sampai akhirnya Cantik menangis dan ia langsung meninggalkan tempat itu.
            Cantik terus berlari, mungkin semua mata tertuju padanya. Tapi nggak satupun yang peduli. Mereka hanya tersenyum melihat penderitaan Cantik. Semua orang sama, mereka hanya bisa mencemooh orang, tanpa memikirkan perasaan orang itu. Mereka semua tak mempunyai perasaan.
<< R >>
            Semenjak kejadian itu, Cantik tak pernah mau keluar rumah. Ia hanya mengurung diri di dalam kamar. Hingga orang tuanya sangat menghawatirkan keadaan anaknya itu.
            Setiap hari, orang tua Cantik selalu membujuk Cantik agar mau kembali seperti hari-hari biasanya. Masuk kuliah dan menjalani aktivitas yang biasa ia lakukan.
            “Kamu jangan seperti ini terus, sayang…” Kata Ibunya.
            Cantik tak menanggapi sama sekali, ia tetap diam. Karena ia hanya memikirkan bagaimana sikap yang tepat untuk menghadapi teman-temannya, saat ia kembali kuliah nanti. Ia benar-benar stress dengan apa yang ia hadapi.
            Keesokan harinya, Cantik mulai mau kembali kuliah setelah satu minggu tak keluar dari rumah. Ia berharap udara pagi yang segar akan mengawali harinya dengan baik.
            “Wah, ternyata masih jelek, kirain kemarin-kemarin nggak masuk gara-gara operasi plastik.” Ucap salah satu teman sekelasnya. Dan seisi kelas langsung menertawakan Cantik.
            “Operasinya gagal kali.” Celetuk yang lain.
            Kini, Cantik mulai benar-benar tak tahan. Ia langsung pergi meninggalkan kelasnya. Ia pergi ke sebuah gedung yang paling tinggi, dan diam di lantai yang paling atas. Karena saat itu, Cantik bepikir untuk mengakhiri hidupnya agar penderitaannya cepat berakhir.
            “Kamu mau bunuh diri?” Tanya seorang cowok yang tiba-tiba saja sudah ada di belakang Cantik. “Apa kamu nggak sayang sama orang tua kamu dan orang-orang sekeliling kamu yang menyayangi kamu?” Lanjutnya.
            Cantik menangis. Ia sangat menyayangi kedua orang tuanya dan orang-orang yang ada di sekelilingnya, tapi ia merasa tak ada gunanya lagi untuk hidup. Karena hidupnya selalu menderita. Ia benar-benar ingin mengakhiri hidupnya.
            “Bunuh diri itu bukan solusi akhir, tapi malah nambah masalah baru.” Ucap cowok itu lagi.
            Cantik terus menangis, ia tak tahu harus berbuat apa. Sedangkan cowok itu terus memberikan masukan dan menyadarkan Cantik agar tidak melakukan perbuatan yang bodoh lagi. Perbuatan yang akan merugikan dirinya sendiri. Dan akhirnya Cantik bisa sadar. Ia mengurungkan niatnya untuk mengakhiri hidupnya. Ia sangat berterima kasih pada cowok itu, cowok yang telah menyadarkannya.
<< R >>
            Cantik mulai tegar dalam menjalani kehidupan, meski terkadang ia tak bisa menerima semua hinaan teman-temannya. Untung saja setiap Cantik merasa putus asa, cowok yang waktu itu selalu datang dan menyemangati hidup Cantik. Oia, nama cowok itu Juna. Entah siapa dia sebenarnya, karena Cantik tak pernah tahu asal-usul cowok itu. Kini Juna bagaikan malaikat penolong dalam hidup Cantik.
            “Kehidupan itu nggak selamanya indah, dan nggak selamanya juga menderita. Karena kehidupan itu bagai roda yang terus berputar, kadang di bawah dan kadang di atas.” Kata Juna, saat Cantik mulai putus asa lagi.
            “Iya sih.” Ucap Cantik. “Aku kagum banget sama kamu, kamu bisa ngerti dengan keadaan hidup. Kayaknya hanya kamu orang yang nggak pernah ngeluh sama keadaan.” Lanjutnya.
            Juna tersenyum. “Dulu, aku juga kayak kamu, nggak pernah bisa nerima keadaan. Masalahnya mungkin hanya sepele, aku selalu jadi nomor dua di manapun. Tapi kedua orang tua angkat aku menginginkan aku menjadi yang nomor satu. Hingga akhirnya aku nggak pernah di kasih waktu untuk menikmati keindahan dunia luar. Aku hanya boleh belajar dan belajar. Dan setiap aku menjuarai sesuatu, aku selalu di siksa oleh kedua orang tua angkatku, karena aku hanya mendapat juara ke dua.” Juna menceritakan masa lalunya. “Mungkin hanya kamu yang tahu cerita aku ini.” Lanjutnya.
            “Kamu tinggal sama orang tua angkat?” Tanya Cantik.
            Juna mengangguk. “Waktu kecil, aku tinggal di panti asuhan. Aku kira punya orang tua itu menyenangkan, hingga suatu ketika ada sepasang suami istri yang mengadopsi aku. Awalnya mereka baik banget, tapi ternyata, aku hanya di jadiin sebagai property yang di pamerin ke semua orang kalo aku bisa ngebuat nama mereka baik di hadapan orang lain. Selebihnya, aku hanya bahan pelampiasan emosi mereka.” Jawabnya.
            Cantik sadar, ternyata masih banyak orang yang lebih menderita dari dirinya. Dan Cantik kini benar-benar bisa menerima semua keadaan. Ia pun tak bingung lagi untuk menghadapi teman-temannya. Kini ia menjadi sosok yang sabar dan cuek. Hinaan teman-temannya nggak pernah ia masukin ke dalam hati lagi.
            “Thanks ya, semua ini karena kamu.” Ucap Cantik.
            Juna tersenyum. “Kamu harus bersyukur, karena orang tua kamu ngasih nama Cantik. Dan asal kamu tahu, kecantikan itu tak hanya dari fisik, tapi kecantikan yang sebenarnya itu datang dari dalam.” Kata Juna. “Dan itu yang ada di diri kamu.” Lanjutnya.
            Cantik tersenyum.




Udahan aja ah…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar