Minggu, 02 Oktober 2011

Tenggelam dalam Fatamorgana

Oleh : Resha T. Novia

 
            Rissa menghempaskan badannya di atas kasur, semua penat dan beban yang ia lalui di hari itu serasa hilang seketika. Rissa pun mulai tertidur…
            Rissa terlambat bangun pagi, ia jadi panik. Padahal ia ada jam kuliah, Ia pun langsung bersiap-siap untuk kuliah. Di jalan saat menuju kampus, Rissa bertemu dengan Yandy, teman sekelasnya yang dulu di awal kuliah sempat ia sukai. Saat itu, Yandy mengajak Rissa untuk naik ke motornya. Merekapun akhirnya berangkat bersama.
            Tetapi suasana berubah tiba-tiba setelah mereka bersama, tidak ada lagi rasa panik yang menyelimuti mereka. Mereka malah menikmati keterlambatan itu. Dan yang anehnya lagi, tiba-tiba Yandy memutar balikan arah tujuan. Mereka bolos kuliah, dan malah asyik jalan berdua. Padahal, sebelumnya mereka tak pernah bolos kuliah.
            Hari itu menjadi hari yang menyenangkan bagi Rissa dan Yandy, karena setelah hari itu mereka semakin dekat. Bahkan tak sedikit orang yang mulai beranggapan kalau mereka itu jadian. Ya, mungkin karena anak-anak di kampus sering melihat mereka berduaan.
            “Oh, jadi besok kamu nggak bakalan kuliah ya?” Tanya Rissa saat sedang makan siang di kantin dengan Yandy.
            “Iya, aku harus ke Semarang. Mungkin empat hari sampai satu minggu.” Jawab Yandy.
            “Wah, lama juga ya…” Ucap Rissa.
            “Kamu mau ikut?” Tanya Yandy. “Aku seneng banget loh kalo kamu mau ikut sama aku.” Lanjutnya.
            “Ih, masa aku ikut. Itu kan acara keluarga kamu.” Kata Rissa.
            “Ya nggak apa-apa kali…” Kata Yandy.
            Esok harinya, Yandy mulai tidak masuk kuliah. Jadi Rissa kembali seperti semula. Berangkat dan pulang sendiri, tanpa ada yang menemani lagi. Tapi hari itu beda, Rissa harus pulang telat. Karena acara di kampus yang super-duper padat.
            Awan mulai menghitam, Rissa baru bisa pulang saat itu. Ia berjalan meninggalkan kampus. Beberapa lama setelah ia berjalan sendiri, ia mulai menyadari bahwa orang yang berjalan di depannya adalah Priya. Tapi Rissa tetap berjalan tanpa mengusik Priya. Hanya saja, Rissa merasa aneh karena melihat Priya tanpa motornya.
Ternyata Priya pun mulai menyadari bahwa dari tadi Rissa lah yang berjalan di belakangnya. Langkah Priya terhenti, dan ia membalikan badannya. Ia menunggu langkah Rissa yang beberapa meter ada di belakangnya.
“Ehm…”
Rissa mulai sadar bahwa Priya menunggunya.
“Ayo!” Ajak Priya untuk pulang bersama. “Nggak baik malam-malam cewek jalan sendirian.” Kata Priya.
Rissa tersenyum, akhirnya ia pulang tidak sendiri lagi.
“Kenapa nggak bawa motor?” Tanya Rissa.
“Bannya bocor, mangkanya ditinggal di kampus. Jadi nyuruh orang aja buat bawa motor itu ke kampus.” Jawab Priya.
Saat itu, Rissa terlihat sedikit kedinginan, cuaca pun terlihat mulai mendung. Priya menyadari hal itu, mangkanya langsung saja ia melepaskan jaketnya dan memakaikannya ke Rissa.
“Terus kamu?” Tanya Rissa saat Priya memberikan jaketnya.
“Aku nggak apa-apa.” Jawab Priya.
Perasaan Rissa begitu senang, karena baru kali ini ia bisa benar-benar ngobrol dengan Priya dan terkadang curi-curi pandang dengan begitu dekat. Karena selama ini Priya terkenal sebagai cowok yang paling cool, ngomongpun seperlunya.
Hujan mulai turun, mereka tak membawa payung. Akhirnya mereka berteduh di sebuah warung kecil.
Hari itu Rissa merasakan sesuatu yang berbeda, karena ternyata Priya tak seperti yang Rissa banyangkan selama ini. Bahkan saat itu mereka bisa ngobrol tentang banyak hal. Ya, dan semua itu membuat Rissa sangat senang, karena waktu SMA dulu, Rissa pernah suka sama Priya.
“Aku seneng, akhirnya aku punya kesempatan kayak gini.” Ucap Priya.
“Maksudnya?” Tanya Rissa tidak mengerti.
“Aku seneng karena akhirnya aku bisa ngobrol banyak sama kamu. Ini hal yang aku tunggu-tunggu sejak SMA dulu.” Jawab Priya.
“Sejak SMA?” Tanya Rissa lagi, ia benar-benar tidak mengerti sekaligus bingung.
“Aku suka sama kamu, bahkan dari dulu. Tapi selama ini aku nggak punya kesempatan buat deket sama kamu.” Jawab Priya.
Rissa benar-benar terkejut, ia tak percaya kalau Priya bicara seperti itu. Tapi yang ia rasakan saat itu seperti melayang ke atas awan yang begitu indah.
Priya nembak Rissa, dan saat Priya meminta jawaban dari Rissa, Rissa sempat terdiam sesaat. Tapi akhirnya Rissa menerima Priya. Merekapun resmi jadian di hari itu. Hari yang begitu aneh, tapi bagi Rissa sangat indah dan berkesan.
***
            Di kampus, belum ada satupun yang mengetahui tentang status baru antara Rissa dan Priya. Tetapi Rissa berharap tidak aka nada satu orangpun yang mengetahuinya, terutama anak-anak perempuan. Yang notabene adalah para fansnya Priya. Ya, Priya menjadi bintang kampus setelah memenangkan beberapa kali kejuaraan karate.
            Meskipun hubungan mereka terlihat sembunyi-sembunyi, ternyata ada segelintir orang yang mulai menggossipkan mereka. Terutama karena merasa iri pada Rissa. Tentu saja bisa iri, karena dalam waktu yang singkat, Rissa bisa begitu dekat dengan dua orang yang paling aktif di kampus. Priya dan Yandy.
            Hari-hari Rissa terasa sangat menyenangkan, karena kini ada Priya yang selalu ada di sisinya. Tetapi suasana itu berubah seketika saat Yandy kebali dari Semarang.
            “Rissa, ini oleh-oleh buat kamu.” Kata Yandy seraya memberikan sebuah bingkisan pada Rissa.
            Rissa sedikit terkejut karena tiba-tiba Yandy datang ke rumahnya, sesaat setelah Priya pulang.
            “Ini!!” Kata Yandy lagi. Rissa pun menerimanya.
            Thank you…” Ucap Rissa.
            Yandy, memandang Rissa, tentu saja Rissa jadi salah tingkah.
            “Aku kangen banget sama kamu.” Ucap Yandy.
            Jantung Rissa terasa berdetak lebih kencang.
            “Bukannya kamu baru nyampe, lebih baik kamu cepet pulang dan istirahat. Kalo nggak, nanti kamu kecapean.” Kata Rissa, mengalihkan pembicaraan. Sebenarnya agar Yandy cepat pulang, ia tak mau suasana hatinya menjadi goyah.
            Tak lama kemudian, Yandy pun pulang. Rissa merasa lega saat Yandy pulang. Tapi entah kenapa saat itu ia menjadi bingung. Entah apa yang sedang ia pikirkan.
***
            Esok harinya, Yandy menjemput Rissa untuk berangkat kuliah. Saat itu Rissa benar-benar bingung karena ia takut Priya pun menjemputnya. Tiba-tiba handphone Rissa berbunyi.
            “Bentar ya!!” Kata Rissa, dan sedikit menjauh sesaat sebelum mengangkat teleponnya.
            “Halo!!” Sapa Rissa saat mengangkat telepon.
            Beibh, maaf banget ya aku nggak bisa jemput, soalnya aku dipanggil pelatih karate aku. Nggak apa-apa kan?” Tanya Priya, di balik telepon.
            “Iya, nggak apa-apa. Aku ngerti kok!!” Jawab Rissa, perasaannya mulai lega.
            Setelah telepon ditutup, Rissa menghampiri Yandy yang dari tadi menunggunya. Rissa pun berangkat dengan Yandy.
            Saat mata kuliah pertama, Priya tidak masuk. Mungkin karena ada latihan mendadak menjelang pertandingan yang tinggal dua hari lagi.
            Saat tak ada jadwal kuliah, Rissa dan Yandy diam di tempat tongkrongan anak-anak di kampus. Saat itu begitu banyak yang diam di situ, karena tempatnya sangat nyaman untuk santai, kumpul-kumpul biasa atau hanya sekedar diam.
            “Rissa, ada yang mau aku omongin sama kamu.” Kata Yandy.
            “Apa?” Tanya Rissa, tapi pandangannya tidak lepas dari laptopnya.
            Yandy berdiri. Rissa bingung dengan apa yang akan diperbuat Yandy.
            “Temen-temen semuanya, maaf ganggu!!” Ucap Yandy, setengah berteriak. “Di sini, aku mau nyatain perasaan aku sama seorang cewek, dan aku mau kalian jadi saksinya.” Lanjut Yandy. Rissa jadi bingung.
            “Cieeeehhhhhh……” Ucap semua orang yang ada di tempat itu.
            “Rissa, aku sayang sama kamu.” Ucap Yandy, menyatakan perasaannya. “Mau nggak kamu jadi pacar aku?” Tanya Yandy.
            Semua orang yang ada di sana takjub melihat Yandy yang begitu berani menyatakan perasaannya di hadapan umum.
            Rissa benar-benar terkejut, ia tidak tahu harus menjawab apa. Tiba-tiba saat itu Priya datang dan melihat apa yang dilakukan Yandy untuk Rissa. Dan Priya terlihat begitu kecewa pada Rissa.
            Rissa benar-benar terperangkap dalam masalah besar. Yang bisa ia lakukan saat itu hanyalah diam seribu bahasa.
            Tiba-tiba terdengar suara alarm berbunyi, dan akhirnya Rissa terbangun dari tidurnya. Saat ia sudah bangun, ia tersenyum dan merasa sangat lega. Tentu saja, karena semua yang ia alami itu ternyata hanyalah mimpi yang menghiasi tidurnya… ^_^

-selesai-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar