Minggu, 18 September 2011

"Tangan Setan"

Oleh : Resha T. Novia
 
Malam itupun aku tidur. Saat itu aku mulai tidur tepat pada pukul dua belas malam. Hal yang tak biasa bagiku. Ya, karena aku tidak pernah tidur selarut itu, aku juga tidak punya penyakit yang dinamakan insomnia.

Tidak lama aku tidur, bahkan mungkin nyawaku belum pergi ke alam mimpi. Tiba-tiba saja, aku merasakan sesuatu yang menyentuh wajahku dengan pelan. Terasa seperti tangan, tapi jari-jarinya terasa besar dan begitu kasar.

Seketika aku terbangun karena merasakan sentuhan itu. Namun saat mataku terbuka, tak satu orangpun yang ada di hadapanku. Aku pun beranjak dari tempat tidurku, ku lihat-lihat ruangan yang ada di dalam rumahku, mungkin saja itu ayahku yang biasanya bangun di tengah malam hanya untuk minum. Tetapi saat ku lihat ke ruang tengah, dapur, dan bahkan ruang tamu, tidak ku temukan ayah. Langsung saja aku melihat ke kamar orang tuaku, ternyata ayah sedang tidur dengan nyenyak. Tidak mungkin dengan waktu yang singkat beliau bisa kembali tidur dengan nyenyak.

Aku mulai aneh, langkahku mulai melambat seraya otak ini berpikir. Tanganku pun mulai memegang pipiku, masih terasa sentuhan tangan kasar itu. Dengan penuh tanda tanya di benakku, aku kembali masuk ke dalam kamar.

Setelah diam di dalam kamar, aku tidak bisa menutup mataku lagi. Rasa takut mulai menghampiriku, bulu kudukku pun mulai berdiri.

Tak lama dari itu, aku mendengar suara hentakkan kaki di depan kamarku, semakin lama hentakkan kaki itu terdengar menjauh seperti menuju ke arah dapur. Aku kembali positive thinking, mungkin kini benar-benar ayahku.

Untuk menghilangkan rasa takutku, ku bawa sebuah novel dari meja belajarku dan ku baca novel itu. Ya, hanya novellah yang bisa menemaniku saat itu. Akhirnya saat jam dinding menunjuk ke angka empat pagi, rasa kantuk pun datang dan tidak bisa dielakkan lagi, matakupun mulai terlelap.

Tidak sampai dua jam tidur, aku kembali bangun, karena pagi telah menyapa hariku. Saat aku keluar dari kamar dan melihat ayah, aku langsung saja berinisiatif untuk bertanya padanya.

“Ayah, tadi malam Ayah ke dapur buat minum ya?” Tanyaku, yakin.

“Nggak, tadi malam Ayah tidur nyenyak banget.” Jawab Ayah.

Aku tercengang kaget. “Lalu siapa yang tadi malam itu?” Benakku bertanya, namun tak kuucapkan.

Kejadian seperti itu tidak hanya terjadi hari itu saja, bahkan sudah sering terjadi semenjak aku tinggal di rumahku saat ini. Dan tangan yang kurasakan itu, ku sebut dengan “tangan setan”.


Udahan ah… ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar